Pohon Besar Langka Ditemukan di Kawasan Hutan Pegunungan Sanggabuana

KARAWANG | KUTATANDINGAN.COM | Puluhan jenis Keanekaragaman hayati langka baru saja ditemukan di Pegunungan Sanggabuana, Kecamatan Tegalwaru, Kabupaten Karawang. Penemuan itu merupakan hasil eksplorasi Sanggabuana Conservation Foundation (SCF) di Pegunungan Sanggabuana pada awal tahun 2024.

Direktur Eksekutif SCF Bernard Tri Wahyu Wiryanta mengatakan, pihaknya telah berhasil mendata sebanyak 21 jenis tanaman dari keluarga Moraceaea dari Genus Ficus di kawasan hutan Pegunungan Sanggabuana.

“Moraceaea ini adalah keluarga ara-araan, salah satu suku anggota tanaman berbunga. Moraceaea merupakan keluarga tanaman berbunga yang terdiri dari 38 Genera dan terdapat lebih dari 1.100 spesies di bumi,” ujar Bernard, dalam rilis yang diterima melalui detikJabar, Senin (12/2/2024)

Dijelaskan Bernard 21 jenis tumbuhan itu tersebar di kawasan hutan seluas 16.500 hektar di Pegunungan Sanggabuana, yang menjadi salah satu indikator banyaknya satwa langka di wilayah tersebut.

“Ficus ini merupakan spesies kunci dan berperan penting untuk menjaga ekosistem di Sanggabuana. Kebanyakan keluarga Ficus selain menjaga tata air juga merupakan sumber pakan alami untuk jenis-jenis burung, primata, serangga, dan sebagian mamalia,” kata dia.

Menurut hasil penelitiannya, berapa hewan langka dari jenis primata maupun serangga didapati menghuni, serta menjadikan pepohonan besar itu sebagai sumber makanan dan kehidupan.

“Hasil penelitian kita, ada burung tangkong, takur, punai, perkici, dan merbah. Semuanya bergantung hidup pada buah-buahan dari genus Ficus pada saat musim berbuah. Buah Ficus juga menjadi makanan primata, terutama Owa Jawa yang menjadi salah satu satwa prioritas di kawasan Pegunungan Sanggabuana,” ungkap Bernard.

Bernard merinci daftar ke 21 jenis Ficus yang ada di Pegunungan Sanggabuana adalah Ficus benjamina (beringin), Ficus rumphii (waringin jawa), Ficus septica (awar-awar), Ficus fistulosa (benying), Ficus annulata (beringin pencekik), Ficus sundaica, Ficus mikrokarpa (beringin cina), Ficus fulva, Ficus padana (hamerang putih), Ficus elastica (karet merah), Ficus virens (bunut bangkok), Ficus variegata (nyawai), Ficus hispida (bisoro), Ficus callosa (ilat-ilatan), Ficus carica (tin), Ficus religlosa (pohon bodhi), Ficus racemosa (loa), Ficus retusa (ara jejawi), Ficus ampelas (rampelas), Ficus aurata, dan Ficus pumila var quercifolia.

Beberapa jenis tanaman Ficus yang familier di masyarakat misalnya beringin atau Ficus benjamina. Juga ada pohon ara dan tin. Tapi yang menjadi maskot di Sanggabuana adalah pohon loa atau Ficus racemosa. Ada beberapa loa yang berukuran sangat besar, bahkan perlu 12 orang untuk memeluk batangnya,” ungkapnya.

Saking langka dan uniknya pepohonan besar di Pegunungan Sanggabuana tersebut, pelancong asal Thailand sempat meminta izin untuk bersemedi di bawah pohon tersebut.

“Dulu tahun 2022 pernah ada 2 wisatawan dari Thailand yang beragama Budha meminta izin untuk bersemedi di pohon loa raksasa di Sanggabuana dalam rangka ibadah,” ucap Bernard.

Lebih lanjut diterangkan Bernard, beberapa pohon dari keluarga Ficus selain mempunyai fungsi ekologis juga mempunyai makna penting bagi budaya dan agamawi. Seperti beringin sungsang yang ada di Alun-Alun Lor Keraton Yogya misalnya.

Ficus religlosa atau pohon bodhi yang terkenal dengan nama Sri Maha Bodhi juga ditanam di sebuah kuil di Sri Langka oleh raja Tissa pada tahun 288 sebelum Masehi, bahkan pohon ara juga merupakan salah satu tanaman yang disebut dalam beberapa kitab suci, baik Injil maupun Al-Qur’an, umumnya pepohonan ini merupakan pohon berusia panjang dan disakralkan,” terangnya.

Beberapa jenis pohon Ficus hasil penelitian tersebut, kata Bernard, akan dikembangkan untuk merehabilitasi kawasan hutan di Sanggabuana, selain untuk menambah populasi pakan alami satwa liar yang ada, pohon itu juga berfungsi untuk merehabilitasi mata air yang ada di kawasan Pegunungan Sanggabuana.

“Beberapa jenis Ficus kami siapkan terutama untuk merehabilitasi Gunung Sinalanggeng yang sudah selesai ditambang oleh PT Atlasindo. Dan yang terpenting untuk kajian usulan perubahan fungsi hutan kawasan Pegunungan Sanggabuana menjadi kawasan konservasi atau taman nasional,” ujar dia

Pihaknya juga telah mendaftarkan ratusan jenis satwa dan tumbuhan langka sebagai bahan usulan untuk perubahan fungsi kawasan hutan Pegunungan Sanggabuana menjadi kawasan konservasi.

“Selain 21 jenis tanaman dari genus ficus, kami juga sudah mendata 176 spesies tanaman dari 39 family, termasuk juga lebih dari 150 jenis satwa langka dari keluarga primata termasuk serangka juga telah melengkapi bahan kajian usulan kenaikan status perubahan fungsi kawasan hutan Pegunungan Sanggabuana,” pungkasnya.

(Sumber : detikjabar)

 

Bagikan>>

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *